Hatiku adalah Kaca
Hatiku adalah kaca dan mereka menjatuhkannya.
Dengan ceroboh, mereka membiarkan hatiku lepas dari genggaman tangan hingga pecah berkeping-keping.
Hancur remuk dalam sekelip mata.
Dan tanpa ekpresi bersalah, mereka justru membalikkan badan lalu melangkah pergi ketika aku berlutut untuk mengais serpihan mana yang masih tersisa, seolah dengan begitu, aku kuasa untuk membuatnya utuh. Menyusunnya seperti potongan-potongan puzzle yang menunggu disempurnakan.
Namun usahaku nihil.
Seberapa keras pun aku berjuang, yang retak akan tetap retak. Yang hancur akan tetap hancur.
Lebur.
Serpihan kaca yang ada kini kugenggam erat. Kubiarkan darah menitik meninggalkan jejak. Meninggalkan bukti.
Mungkin dengan begini, mereka akan lebih berhati-hati.
Atau bahkan berubah menjadi lebih peduli…
Sebelum akhirnya aku memutuskan nadi.